Apa yang akan dilakukan seorang
pemimpin jika ternyata tim yang dipimpin oleh dirinya tidak berjalan sesuai
kehendaknya atau bahkan buruk? Apakah kesalahannya terletak pada pemimpin
tersebut atau para anggotanya?
Jika dikaitkan dengan anggota,
maka ada beberapa hal yang dapat membuat tim tersebut tidak dapat mencapai
tujuannya, misalnya anggota tersebut tidak peduli dengan visi pemimpinnya,
tidak mempunyai inisiatif, tidak aktif, bahkan mungkin tidak semangat, atau
penyebab lain-lain yang menyebabkan para anggota tidak bergerak sesuai yang
telah direncanakan. Lantas, apakah sebaiknya pemimpin tersebut mengganti semua
anggotanya agar visinya bisa tercapai?
Semua pemimpin pastilah
menginginkan tujuannya tercapai. Oleh karena itu, pastilah para pemimpin
tersebut adalah orang paling aktif dan peduli pada tujuan timnya. Namun, selalu
terdapat banyak kendala dan masalah dalam suatu kepemimpinan, seperti contoh di
atas dimana anggota tim tidak sesuai dengan harapannya. Ada beberapa tipe
pemimpin jika dikaitkan dengan situasi demikian.
Tipe pertama. Jika anggotanya
tidak bisa bekerja, dia sendiri yang akan menanganinya. Akhirnya menjadi
one-man show. Jika tugas yang dipikulnya berat, stress pun melandanya dan
akhirnya menyerah. Kemudian tim tersebut akhirnya gagal mencapai tujuannya,
karena tidak ada lagi yang bekerja untuk mencapai tujuan awal. Namun, jika
dirinya masih dapat menghandle semua tugas tersebut sendirian, akan tercapai
tujuan awal, bukan pencapaian tim, tetapi pencapaian pribadi.
Tipe kedua. Ini hampir sama dengan
tipe pertama, dimana pemimpin tersebut akan turun tangan sendiri. Namun, jika
pada akhirnya dia merasa stress akan masalah-masalah yang muncul, dirinya pada
akhirnya meledak dan menyalahkan anggotanya yang tidak bekerja. Situasi
demikian sangat rentan mengundang emosi, sehingga pada akhirnya, pemipin
tersebut menjadi tukang perintah karena gerah dengan sikap dan kerja anggotanya
yang tidak sesuai harapan. Tipe pemimpin seperti ini dapat membawa
ketidakharmonisan dalam tim, dan para anggotanya lebih cenderung terpaksa
bekerja, bukan benar-benar termotivasi.
Tipe ketiga. Pemimpin yang satu
ini tidak turun tangan sendiri. Seandainya anggotanya tidak bekerja dan tidak
semangat, pemimpin tersebut akan memotivasi terus menerus, mencari penyebab dan
benar-benar peduli pada anggotanya. Kerja pemimpin ini tidak pada hal-hal
teknis untuk pencapaian tujuan tim, namun lebih pada mengarahkan dan bagaimana
supaya anggotanya dapat termotivasi dengan sendirinya untuk mencapai tujuan
tim. Tipe pemimpin seperti ini yang paling disenangi, sehingga wajar suasana
kerjasama tim tersebut akan menjadi menyenangkan, dan tujuan tim lebih mudah
tercapai dibandingkan dengan pemimpin tipe pertama dan kedua tadi.
Starbucks adalah salah satu
contoh dari perusahaan yang menerapakan suatu manajemen dengan kepemimpinan
tipe ketiga, dimana kesejahteraan dan kenyamanan kerja para karyawannya menjadi
fokus utama. Para karyawan diberikan kebebasan untuk berekspresi. Selain itu,
para manajemen selalu membuat kebijakan yang lebih mengarah pada terciptanya
kepuasan kerja. Orang-orang yang bekerja untuk starbucks tidak disebut sebagai
bawahan, namun lebih kepada partner, sehingga mereka merasa dirinya lebih
dihargai. Starbucks percaya bahwa kepuasan kerja akan berdampak positif pada
produktivitas kerjanya yang pada akhirnya akan mengarah ke pelayanan yang
memuaskan untuk para customer. Hal ini telah terbukti dimana Starbucks menjadi
sebuah perusahaan multinasional yang telah sukses di bidangnya, berawal dari
hanya sebuah kedai kopi kecil.
No comments:
Post a Comment