Nov 22, 2016

Manajemen Leadership ala Starbucks


Apa yang akan dilakukan seorang pemimpin jika ternyata tim yang dipimpin oleh dirinya tidak berjalan sesuai kehendaknya atau bahkan buruk? Apakah kesalahannya terletak pada pemimpin tersebut atau para anggotanya?

Jika dikaitkan dengan anggota, maka ada beberapa hal yang dapat membuat tim tersebut tidak dapat mencapai tujuannya, misalnya anggota tersebut tidak peduli dengan visi pemimpinnya, tidak mempunyai inisiatif, tidak aktif, bahkan mungkin tidak semangat, atau penyebab lain-lain yang menyebabkan para anggota tidak bergerak sesuai yang telah direncanakan. Lantas, apakah sebaiknya pemimpin tersebut mengganti semua anggotanya agar visinya bisa tercapai?

Semua pemimpin pastilah menginginkan tujuannya tercapai. Oleh karena itu, pastilah para pemimpin tersebut adalah orang paling aktif dan peduli pada tujuan timnya. Namun, selalu terdapat banyak kendala dan masalah dalam suatu kepemimpinan, seperti contoh di atas dimana anggota tim tidak sesuai dengan harapannya. Ada beberapa tipe pemimpin jika dikaitkan dengan situasi demikian.

Tipe pertama. Jika anggotanya tidak bisa bekerja, dia sendiri yang akan menanganinya. Akhirnya menjadi one-man show. Jika tugas yang dipikulnya berat, stress pun melandanya dan akhirnya menyerah. Kemudian tim tersebut akhirnya gagal mencapai tujuannya, karena tidak ada lagi yang bekerja untuk mencapai tujuan awal. Namun, jika dirinya masih dapat menghandle semua tugas tersebut sendirian, akan tercapai tujuan awal, bukan pencapaian tim, tetapi pencapaian pribadi.

Tipe kedua. Ini hampir sama dengan tipe pertama, dimana pemimpin tersebut akan turun tangan sendiri. Namun, jika pada akhirnya dia merasa stress akan masalah-masalah yang muncul, dirinya pada akhirnya meledak dan menyalahkan anggotanya yang tidak bekerja. Situasi demikian sangat rentan mengundang emosi, sehingga pada akhirnya, pemipin tersebut menjadi tukang perintah karena gerah dengan sikap dan kerja anggotanya yang tidak sesuai harapan. Tipe pemimpin seperti ini dapat membawa ketidakharmonisan dalam tim, dan para anggotanya lebih cenderung terpaksa bekerja, bukan benar-benar termotivasi.

Tipe ketiga. Pemimpin yang satu ini tidak turun tangan sendiri. Seandainya anggotanya tidak bekerja dan tidak semangat, pemimpin tersebut akan memotivasi terus menerus, mencari penyebab dan benar-benar peduli pada anggotanya. Kerja pemimpin ini tidak pada hal-hal teknis untuk pencapaian tujuan tim, namun lebih pada mengarahkan dan bagaimana supaya anggotanya dapat termotivasi dengan sendirinya untuk mencapai tujuan tim. Tipe pemimpin seperti ini yang paling disenangi, sehingga wajar suasana kerjasama tim tersebut akan menjadi menyenangkan, dan tujuan tim lebih mudah tercapai dibandingkan dengan pemimpin tipe pertama dan kedua tadi.

Starbucks adalah salah satu contoh dari perusahaan yang menerapakan suatu manajemen dengan kepemimpinan tipe ketiga, dimana kesejahteraan dan kenyamanan kerja para karyawannya menjadi fokus utama. Para karyawan diberikan kebebasan untuk berekspresi. Selain itu, para manajemen selalu membuat kebijakan yang lebih mengarah pada terciptanya kepuasan kerja. Orang-orang yang bekerja untuk starbucks tidak disebut sebagai bawahan, namun lebih kepada partner, sehingga mereka merasa dirinya lebih dihargai. Starbucks percaya bahwa kepuasan kerja akan berdampak positif pada produktivitas kerjanya yang pada akhirnya akan mengarah ke pelayanan yang memuaskan untuk para customer. Hal ini telah terbukti dimana Starbucks menjadi sebuah perusahaan multinasional yang telah sukses di bidangnya, berawal dari hanya sebuah kedai kopi kecil.
FQInstitute

Education and information to improve Financial Intelligence

No comments:

Post a Comment