Indonesia diperkirakan mulai mengakhiri perlambatan ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 2013. Pandangan perekonomian Indonesia tahun 2017 pun sepertinya akan lebih menjanjikan daripada tahun-tahun sebelumnya. Akhir-akhir ini, harga komoditi, terutama batu bara dan kelapa sawit, telah naik, yang mana akan membawa dampak positif pada kinerja ekspor Indonesia untuk periode ke depannya. Konsumsi rumah tangga di Indonesia juga menguat yang dikarenakan meningkatknya daya beli masyarakat di tengah-tengah tingkat inflasi yang lebih rendah. Selain itu, rupiah juga menguat dan lebih stabil, yang tentunya membuat harga barang-barang impor menjadi lebih murah. Sementara itu, 13 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintahan Indonesia juga meningkatkan iklim investasi di Indonesia.
Di luar semua itu, kebijakan tax amnesty pemerintahan Indonesia juga sepertinya berjalan cukup lancar dan menambah ruang gerak bagi kebijakan fiskal Indonesia. Tentunya hal ini juga memberikan ruang gerak bagi belanja negara untuk program pemerintahan yang cukup ambisius di bidang infrastruktur. Tahun ini, beberapa proyek infrastruktur pemerintah telah tertunda dimana budget dari Kementrian Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat telah dipotong sekitar Rp 6.9 Trilyun setelah sebelumnya juga dipotong Rp 8.4 Trilyun.
Dalam tiga kuartel pertama, Kementerian Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat telah membelanjakan sekitar 60% dari budgetnya untuk proyek infrastruktur. Hasil ini lebih baik daripada realisasi pada tahun sebelumnya. Salah satu masalah utama dalam proyek infrastruktur pemerintahan adalah masalah pembebasan lahan yang tentunya cukup memakan waktu dan biaya
Baik kebijakan ekonomi dan program tax amnesty akan meningkatkan kepercayaan bagi para investor kepada pemerintahan Indonesia. Ini tentunya akan meningkatkan investasi di Indonesia yang juga berdampak pada peningkatan pertumbuhan kredit.
Kesimpulannya, ekonomi Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh pada tahun 2017. Berdasarkan laporan Bank Dunia terakhir, ekonomi Indonesia diperkirakan akan bertumbuh 5.1% tahun 2016, 5.3% tahun 2017, dan 5.5% pada tahun 2018.
Meskipun demikian, secara makro ekonomi, Indonesia juga mempunyai banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga FED kemarin. Kebijakan ekonomi moneter yang cukup ketat dari kekuatan ekonomi terkuat di dunia tersebut juga akan berdampak pada aliran dana keluar (capital outflow) dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini tentunya akan menekan IHSG dan nilai tukar rupiah.
Selain itu, ekonomi Cina juga diperkirakan akan terus melambat pada beberapa tahun ke depan. Hal ini tentunya akan cukup mempengaruhi Indonesia karena Cina merupakan salah satu tujuan ekspor Indonesia yang cukup besar. Setiap penurunan 1 persen dari pertumbuhan GDP Cina akan berdampak pada penurunan 0.11% dari GDP Indonesia. Bukan hanya Cina yang sedang menghadapi kesulitan dalam makro ekonomi, namun ekonomi pada negara-negara maju seperti Amerika, Uni Eropa, dan Jepang juga menghadapi tantangan-tantangan tersebut, sehingga mengurangi permintaan dan pertumbuhan ekonomi secara global.
No comments:
Post a Comment